Sore
itu Kota Bogor di landa hujan deras dan angin kencang. Cuaca yang sesungguhnya
tidak mendukung untuk dijadikan sebagai momen untuk jalan-jalan, namun apa boleh buat hal itu yang harus selalu Laifa
lakukan setiap hari Selasa dan Kamis. Pulang pukul tujuh malam dan melewati ramainya
lalu lalang kendaraan di Kota Bogor. Kegiatan baru nya mengikuti les prifat
demi menuruti kemauan ayahnya untuk mempertajam Bahasa Inggris membuatnya mulai
kewalahan mengatur jadwal antara les dan kuliah, belum lagi cuaca yang belakangan
ini sangat tidak mendukung untuk melakukan kegiatan tambahan itu. Seperti yang
sering ia lihat di berita televisi yang menyiarkan acara tentang cuaca, Kota
Bogor bahkan tidak pernah di prediksi mengalami hari cerah-hujan angin, selalu
berawan atau mendung membuat suasana hati Laifa tak pernah cerah dan menjadi malas.
Laifa memperketat mantel dan mempererat genggaman pada
payung yang ia pegang. Hujan yang sangat deras membuat mantel dan payung nya
jadi tidak berarti lagi, kencangnya hembusan angin membuat payung yang ia
pegang kadang terhempas. Kegiatan favoritnya saat sedang berjalan sendirian di
tengah hujan dan angin adalah menyesap white
coffe hangat dan melamunkan memori yang berkelebat di pikirannya. Sambil
terus menyesap white coffe yang ada
di tangannya Laifa seraya memperhatikan lalu lalang orang-orang di sekeliling
dan sorot lampu mobil yang dengan tidak sabar membunyikan klaksonnya. Tidak
dapatkah orang-orang itu bersabar sedikit dan menikmati dinginnya Kota Bogor
pada malam hari-gumam nya dalam hati.
Melihat pasangan-pasangan muda berlalu lalang dengan kekasih
mereka membuat hati nya mencelos kebeberapa memori lama. Heuh.. sudahlah aku
tidak akan mengingat-ingat hal itu lagi-gumam nya lagi dalam hati. Memang beberapa
tahun lalu Laifa memiliki hal yang sangat tidak menyenangkan soal berpasangan sehingga membuatnya
sangat-sangat malas untuk berurusan lagi dengan cinta, menurutnya bukan cinta
jika tidak membuatnya sakit dan menangis. Sambil terus menikmati jalan-jalan di Kota Bogor alih-alih melamun
ia mulai tersadar memastikan bahwa statsiun tujuannya tidak terlewat. Laifa
kembali dalam lamunannya, ia hanya dapat tersenyum sendiri bila mengingat masa-masa itu, cenderung pada saat itu ia
masih berumur belia dan labil.
akhirnya
Laifa sampai di statsiun Bogor, ia segera membeli karcis commuter line yang biasa ia naiki. Mengingat harga commuter line yang baru saja dinaikan
dari tujuh ribu menjadi sembilan ribu membuat Laifa semakin tidak bersemangat.
Tak lama kemudian kereta tujuan jakarta yang hendak ia naiki pun datang. Laifa
memang bertempat tinggal di Bogor namun karena kampus nya berada di daerah
Jakarta maka ia memutuskan untuk mengekost. Dingin nya suhu di dalam kereta dan
lembab nya jaket menambah suara gertakan giginya makin kencang dan membuat
badannya makin mengigil, saat itu kereta sangat kosong. Tiba-tiba terbesit
kembali memori terdahulu yang pernah ia alami di dalam kereta. Saat itulah
kisahnya dimulai dan berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar