Minggu, 17 Februari 2013

chapter 1



BAB 1

            Lelah yang membalut tubuh membuat Laifa malas untuk beranjak dari tempat tidur yang cukup nyaman. Jadwal kegiatan yang padat, tugas perkuliahan yang menumpuk, belum lagi memikirkan pemasukan dan pengeluaran selama menjabat sebagai anak kost, tapi lebih pastinya jarang sekali ada pemasukan untuk seorang anak kost-an. Semua hal itu membuatnya merasa sangat kelelahan dan bosan. Melihat kondisi kamar yang tidak begitu luas, hanya cukup untuk satu single bed, satu lemari pakaian dan satu meja belajar kecil membuat kamar itu terlihat sangat kacau. Terdapat beberapa pasang jemuran kering yang belum disetrika, buku-buku dan laptop yang berserakan, serta peralatan kecantikan yang tersebar dimana-mana. Terkadang ramalan yang terdapat dalam zodiak itu ada sisi benarnya, seperti dalam peruntungan zodiak dikatakan-salah satu kelemahan seseorang berzodiak libra adalah pemalas, dan yup Laifa adalah salah satunya. Ia sangat malas membereskan kamar, sebelum Bundanya datang dan berinisiatif untuk membereskan nya Laifa tidak akan tergerak hati dan jasmani untuk membereskan keadaan yang kacau itu.
            Sebelumnya perempuan yang memiliki nama panjang Dehan Laifa Syahlaa adalah mahasiswa salah satu universitas negeri ternama di jakarta. Ia sangat hobi membaca dan wisata kuliner, ia sangat tertarik dalam bidang fotografi. Banyak orang bilang, seandainya saja badan nya menyusut sedikit pasti terlihat lebih cantik. Tapi ya sudahlah, ia pun tak pernah peduli.
            Dengan malas Laifa melirik jam yang ada di telepon genggamnya, mematikan alarm yang sedari tadi berbunyi. Waktu menunjukan pukul lima pagi, ia beranjak untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Dingin nya air yang menusuk tulang membuat bulu kuduknya meremang. Setelah ia selesai melaksanakan sholat subuh, ia langsung membereskan buku mata kuliah apa saja yang akan di bawa nanti, masih dalam keadaan setengah mengantuk Laifa meneguk segelas air putih dan kembali ke tumpkan buku-buku yang ada di kamar. Selesai membereskan buku, Laifa mencabut telepon genggam yang dari tadi malam ia charger, terlihat di layar telepon genggamnya ada 2 pesan baru. Pesan yang pertama dari ketua kelasnya Zio yang memberitahu bahwa mata kuliah KWN hari ini dosennya berhalangan hadir, saat itu juga senyum bahagia dengan spontan terpancar di wajahnya. Pesan kedua dari Gela sahabatnya semasa SMA yang mengatakan ingin sekali bertemu di sekolah mereka yang lama. Laifa hanya tersenyum membaca pesan singkat dari sahabatnya itu. Sesungguhnya aku juga sangat merindukan kalian-gumamnya dalam hati.
            Sang fajar telah terbit dan hari telah menunjukan pukul delapan pagi. Karena hari ini dosen mata kuliah KWN berhalangan hadir maka Laifa memutuskan untuk bersantai dulu di kamar dan memutuskan untuk membuka folder-folder lama yang sudah lama tersimpan dan tak pernah ia buka. Saat Laifa membuka beberapa foto yang di ambil bersama teman-teman SMA dulu ia terhenti pada satu foto yang sangat familiar dalam ingatannya. Foto dimana ia bersandar secara tidak sengaja dengan lelaki yang tanpa sepengetahuannya akan sangat terkenang dalam ingatan dan hatinya. Namun tiba-tiba lagu maroon 5 yang berjudul one more night berbunyi menyadarkan bahwa ada panggilan masuk dan membuyarkan semua lamunannya. Gela, nama yang tertera pada layar ponselnya segera Laifa  mengangkat telepon itu. “assalamualaikum.. halo, ada apa la?”` tanya Laifa dalam pembicaraan. “ketemu yuk, ayolah. Mumpung libur nih.” Jawab Gela sambil memohon dengan nada berharap Laifa akan mengatakan baiklah. “sori la, aku ada jam hari ini jadi ga bisa.” Ujar Laifa dengan nada yang agak skeptis. “yah.. baiklah..” terdengar nada kecewa dalam suara Gela, dan ia langsung menutup teleponnya tanpa mengucapkan terimakasih dan salam. Dasar-gerutu Laifa dalam hati, karena merasa tak enak hati Laifa lalu mengiriminya pesan singkat.
To: Gela...
Sori banget ya la, aku beneran ada jam kuliah hari ini.
Tapi Cuma sampe jam 12 kok, kalo mau jam 12an ke
Sana. Gmn?
Beberapa saat pesan singkat itu mendapat jawaban.
Dari: Gela
Hmm.. beneran bisa ga? Yaudah aku tunggu ya sampe
Jam setengah 2an, kalo ga dtg aku tinggal.
Hhh... Laifa hanya dapat menghela napas jika sudah membaca isi pesan singkat Gela yang seperti ini, membuatnya tambah malas. Membayangkan perjalanan yang begitu panjang menuju SMA-nya langsung saja ia menghela napas, belum lagi ia harus menghemat uang saku untuk perjalanan kesana yang membutuhkan dua kali lipat uang jajan yang harusnya bisa ia tabung. Sangat menyusahkan-batin Laifa.
            Laifa kembali melihat laptopnya, di layarnya masih terpampang foto yang sedari tadi belum berubah. Ia telusuri memori-memori yang ada di foto tersebut, kira-kira foto itu diambil ketika ia masih di jenjang SMA tepatnya kelas dua saat itu sekolah nya mengadakan study tour ke Kota Jogja. Laifa bersama teman-teman sekelas nya pun tak ketinggalan untuk mengabadikan momen terpenting saat menaiki candi borobudur yang bersejarah. Sangat  ingat sekali di dalam foto itu kenangan ia dengan lelaki di sebelah yang ia sandari, saat itu sama sekali belum terjadi apa-apa diantara mereka, senyum itu masih sangat terlihat di wajah mereka, senyum yang sangat ia rindukan. Sebelum akhirnya takdir Tuhan berkata beda.
            Akhirnya Laifa memutuskan untuk meng-klik tombol keluar yang ada di layar laptopnya. Sangat malas rasanya memaksa diri untuk mengingat memori itu. Laifa mengalihkan perhatiannya pada tugas mata kuliah filsafat yang belum ia selesaikan sejak tiga hari yang lalu, melihat buku ajar yang sama sekali tak bergambar hanya teori-teori yang terkandung di dalam nya membuat ia sangat malas untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya bisa ia selesaikan dalam waktu sehari. Jemarinya memulai lagi pengetikan tugas yang belum ia selesaikan itu, hingga akhirnya Laifa menengok jam dinding dikamar yang menunjukan pukul sembilan pagi. Ia pun bersiap-siap untuk berangkat kuliah, setelah sibuk memilih-milih kerudung mana yang cocok untuk ia kenakan hari ini akhirnya pilihan nya jatuh pada kerudung ungu polos. Banyak yang tidak menyangka paras Laifa yang sangat manglingi saat berkerudung memiliki sifat pemalas yang akut, teman-temannya membayangkan ia adalah anak perempuan ayu yang sangat rapi, teliti, dan polos. Saat Laifa mendengar itu, membayangkannya saja sudah mengerikan menjadi dirinya yang seperti itu sangat ia harapkan sedari dulu, namun tetap saja sifat pemalas Laifa tak kunjung sembuh.
            Masih berkutat dengan kerudung yang ia model-model seperti jaman sekarang, Laifa bisa di bilang seorang hijabers yang sudah handal berbagai model telah kucoba dan hasil nya selalu membuat teman-teman hijabnya merasa iri karena tidak bisa memodel yang sama dengan model kerudungnya. Setelah selesai dengan kerudungnya, Laifa mengenakan softlens berwarna cokelat tua dan memoles bibirnya dengan lipgloss berwarna peach. Selesai, dengan kerudung dan make up Laifa langsung menuju kampus yang tidak jauh dari kost-an nya dengan berjalan kaki. Sesampainya di kampus, lobi yang biasanya sudah ramai dipenuhi oleh mahasiswa lain sekarang masih terlihat sepi. Baru beberapa mahasiswa yang datang, bahkan ia belum melihat teman-teman sekelasnya disana. Laifa pun memutuskan untuk pergi ke kantin, membeli beberapa camilan untuk ia makan saat dosen terdengar membosankan. Saat itu juga ada yang memanggil namanya, seperti ia kenal suara itu ia pun mengalihkan pandangan ke sekitarnya dan ia dapati disana sosok perempuan berekerudung yang memiliki tubuh agak gemuk, setelah ia menegaskan pandangannya pada wajah perempuan itu ia pun mengenali dia adalah Sheri teman sekelasnya waktu SMA.
            “Laifaaaa... apa kabar?” ucap Sheri terdengar sedikit memekik, ia pun memeluk Laifa dengan erat. “aaaa... sheri kabar ku baik, kau bagaimana? Masih sama pacarmu yang lama?” tanya Laifa sambil balas memeluknya. “allhamdulilah masih, kabar ku juga baik. Bagaimana apa sudah ada yang memikat hatimu di kelas?” jawab Sheri sambil tertawa meledek. “ahh.. kau itu ada-ada saja, belum ada masih berstatus sendiri.” Laifa dan Sheri pun tertawa bersama, rasanya sifat mereka semasa SMA masih sangat familiar bahkan tidak berubah, Selalu seperti ini. “mau kemana?” tanya Laifa. “mau menyusul reno ke kantin.” Jawab Sheri. “kebetulan aku juga mau ke kantin, bareng saja.” Ucap Laifa sambil menggandeng tangan Sheri. “ayoo... kau sudah lama tidak bertemu Reno kan? Kita sekalian ngobrol-ngobrol saja disana.” Ucap Sheri sambil balas menggandeng Laifa. Dan mereka pun berjalan menuju kantin sambil membahas tentang perkuliahan mereka yang tetap saja masih sama seperti  SMA, terasa sangat membosankan. Mereka juga membahas kekonyolan pada saat SMA. Tak terasa Laifa dan Sheri telah sampai di kantin, Sheri melambaikan tangan pada sosok lelaki yang sedang duduk disalah satu kursi di kantin. Laifa membuntuti nya masuk dan ikut tersenyum saat melihat Reno, namun Reno masih terlihat agak tidak mengenalinya.
            “hei Ren, apa kabar?” tanya Laifa seraya mengulurkan tangan. “ba..ik..” jawab Reno masih terdengar kaku dan berusaha mengingat siapa wanita yang ada di hadapannya. Maklum lah hampir enam bulan tidak bertemu dan perubahan paras Laifa yang sangat drastis membuat Reno tidak mengenali Laifa. “ini aku Laifa, masa lupa?” ujar Laifa sambil terkekeh melihat tampang Reno yang lucu. “astaga... Laifaaa... berubah sekali, sampai pangling aku melihatmu.” Ucap Reno membalas jabatan tangan Laifa yang tadi dan menggoyang-goyang nya dengan heboh. “segitu berubahnya kah sampai kau tidak mengenaliku?” tanya Laifa yang agak sedikit memanyunkan bibir. “iya.. kau lebih cantik dan kurus sekarang.” Jawab Reno. Laifa pun melirik Sheri yang sudah memasang tampang sangarnya saat mendengar Reno berkata dirinya cantik. Tawa pun pecah saat mereka menyadari sikap mereka semasa SMA masih saja terbawa. “kecuali sifat kamu yang ceplas-ceplos itu masih belum berubah.” Ujar Sheri sambil tertawa. Mendadak seluruh kantin melihat tingkah mereka bertiga dan langsung saja suara tawa mereka pelankan. Melihat wajah Reno dan Sheri di hadapannya membuat Laifa semakin terbayang saat-saat SMA.
            Kuliah hari ini pun selesai, walaupun hanya satu mata kuliah namun rasanya waktu lama sekali berlalu saat kegiatan perkuliahan berlangsung, Laifa pun menghela napas setelah dosen keluar dari ruang perkuliahan. Ia menyempatkan waktu untuk meregangkan tubuh yang terjebak dalam kursi perkuliahan dan terasa sangaattt lelah. Satu persatu teman-teman Laifa pun meninggalkan kelas, ia memutuskan untuk membereskan buku dan keluar kelas sebelum ia menjadi orang terkahir yang keluar kelas. Laifa melirik jam sambil berjalan dengan sangat gontai, seketika ia teringat akan janjinya pada Gela untuk menemuinya di sekolah. Laifa meraih telepon genggam yang ada di kantung celananya, terdapat satu pesan dan lagi-lagi dari gela. Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon Gela karena perjalanan menuju bogor pasti akan memakan waktu yang sangat lama, belum lagi ia harus kembali ke kostan dan mengambil barang-barang yang akan ia bawa ke Bogor karena ia memutuskan untuk pulang hari ini karena besok libur.
            “halo... gel, aku baru keluar kelas kira-kira sampai sana jam 3. Kamu mau menunggu atau tidak jadi?” tanya Laifa dalam pembicaraannya di telepon. “wah.. masih lama ya? Gimana ya?” Gela kembali bertanya pada Laifa. “yee.. kan aku tanya kenapa malah balik nanya.” Ujar Laifa. “ya sudah deh besok aja ya? Kamu bisa nggak?” tanya Gela. “bisa. Ya sudah, aku jadi tidak usah buru-buru, dah.” Ucap Laifa seraya menutup pembiacaraan dan mematikan panggilan. Laifa melanjutkan jalannya yang tadi sempat terhenti karena menelepon temannya. Setidaknya hari ini aku lebih santai-ujarnya dalam hati sambil tersenyum. Berjalan sendirian adalah hal yang menyenangkan bagi Laifa, walaupun udara Jakarta berpolusi dan cenderung panas Laifa dapat menikmati pemandangan Kota Jakarta sendiri dengan nyaman tanpa harus mendengar celotehan orang. Sepanjang jalan menuju kostan nya terdapat tanaman mawar merah dan mawar putih liar, Laifa sering sekali memetik setangkai atau bahkan 4 tangkai dari pohon mawar liar itu. Bunga mawar adalah bunga yang sangat Laifa sukai terutama mawar putih, menurutnya mawar putih itu lembut. Saat ini ia sudah berada di depan tanaman mawar tersebut, sangat kebetulan bunga itu sedang mekar, Laifa memutuskan untuk memetik 2 tangkai mawar putih. Hmm... betapa wanginya mawar ini-ucapnya kepada diri sendiri.
            Setelah Laifa sampai di kostannya ia pun langsung mengepak baju-baju yang akan ia bawa ke Bogor. Alhasil setelah mengepak semuanya Laifa membawa satu tas ransel dan satu tas jinjing. Perjalanan yang cukup jauh menuju statsiun membuat nya memutar otak agar tas jinjing dapat ia tinggal. Ia pun mengosongkan tas jinjingnya, mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak penting untuk di bawa, sedangkan sisa barang-barang yang seharusnya ia bawa ia masukan ke dalam tas ranselnya.
            Entah mengapa matahari siang hari ini terasa sangat terik dan menyengat, membuat Laifa melindungi telapak tangannya yang terasa amat panas. Ia kadang menggerutu oleh kegiatan rutin yang selalu ia lakukan jika ingin pulang ke bogor, seperti saat sekarang perjalanan yang cukup panjang dari terminal menuju statsiun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar