BAB
1
Lelah yang membalut tubuh membuat Laifa malas untuk
beranjak dari tempat tidur yang cukup nyaman. Jadwal kegiatan yang padat, tugas
perkuliahan yang menumpuk, belum lagi memikirkan pemasukan dan pengeluaran
selama menjabat sebagai anak kost, tapi lebih pastinya jarang sekali ada
pemasukan untuk seorang anak kost-an. Semua hal itu membuatnya merasa sangat
kelelahan dan bosan. Melihat kondisi kamar yang tidak begitu luas, hanya cukup
untuk satu single bed, satu lemari
pakaian dan satu meja belajar kecil membuat kamar itu terlihat sangat kacau.
Terdapat beberapa pasang jemuran kering yang belum disetrika, buku-buku dan
laptop yang berserakan, serta peralatan kecantikan yang tersebar dimana-mana.
Terkadang ramalan yang terdapat dalam zodiak itu ada sisi benarnya, seperti
dalam peruntungan zodiak dikatakan-salah satu kelemahan seseorang berzodiak
libra adalah pemalas, dan yup Laifa adalah salah satunya. Ia sangat malas membereskan
kamar, sebelum Bundanya datang dan berinisiatif untuk membereskan nya Laifa tidak
akan tergerak hati dan jasmani untuk membereskan keadaan yang kacau itu.
Sebelumnya perempuan yang memiliki nama panjang Dehan
Laifa Syahlaa adalah mahasiswa salah satu universitas negeri ternama di
jakarta. Ia sangat hobi membaca dan wisata kuliner, ia sangat tertarik dalam
bidang fotografi. Banyak orang bilang, seandainya saja badan nya menyusut
sedikit pasti terlihat lebih cantik. Tapi ya sudahlah, ia pun tak pernah
peduli.
Dengan malas Laifa melirik jam yang ada di telepon
genggamnya, mematikan alarm yang sedari tadi berbunyi. Waktu menunjukan pukul
lima pagi, ia beranjak untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
Dingin nya air yang menusuk tulang membuat bulu kuduknya meremang. Setelah ia
selesai melaksanakan sholat subuh, ia langsung membereskan buku mata kuliah apa
saja yang akan di bawa nanti, masih dalam keadaan setengah mengantuk Laifa
meneguk segelas air putih dan kembali ke tumpkan buku-buku yang ada di kamar. Selesai
membereskan buku, Laifa mencabut telepon genggam yang dari tadi malam ia charger, terlihat di layar telepon
genggamnya ada 2 pesan baru. Pesan yang pertama dari ketua kelasnya Zio yang
memberitahu bahwa mata kuliah KWN hari ini dosennya berhalangan hadir, saat itu
juga senyum bahagia dengan spontan terpancar di wajahnya. Pesan kedua dari Gela
sahabatnya semasa SMA yang mengatakan ingin sekali bertemu di sekolah mereka
yang lama. Laifa hanya tersenyum membaca pesan singkat dari sahabatnya itu.
Sesungguhnya aku juga sangat merindukan kalian-gumamnya dalam hati.
Sang fajar telah terbit dan hari telah menunjukan pukul
delapan pagi. Karena hari ini dosen mata kuliah KWN berhalangan hadir maka
Laifa memutuskan untuk bersantai dulu di kamar dan memutuskan untuk membuka
folder-folder lama yang sudah lama tersimpan dan tak pernah ia buka. Saat Laifa
membuka beberapa foto yang di ambil bersama teman-teman SMA dulu ia terhenti
pada satu foto yang sangat familiar dalam ingatannya. Foto dimana ia bersandar
secara tidak sengaja dengan lelaki yang tanpa sepengetahuannya akan sangat terkenang
dalam ingatan dan hatinya. Namun tiba-tiba lagu maroon 5 yang berjudul one more
night berbunyi menyadarkan bahwa ada panggilan masuk dan membuyarkan semua
lamunannya. Gela, nama yang tertera pada layar ponselnya segera Laifa mengangkat telepon itu. “assalamualaikum..
halo, ada apa la?”` tanya Laifa dalam pembicaraan. “ketemu yuk, ayolah. Mumpung
libur nih.” Jawab Gela sambil memohon dengan nada berharap Laifa akan
mengatakan baiklah. “sori la, aku ada jam hari ini jadi ga bisa.” Ujar Laifa
dengan nada yang agak skeptis. “yah.. baiklah..” terdengar nada kecewa dalam
suara Gela, dan ia langsung menutup teleponnya tanpa mengucapkan terimakasih
dan salam. Dasar-gerutu Laifa dalam hati, karena merasa tak enak hati Laifa lalu
mengiriminya pesan singkat.
To: Gela...
Sori banget ya la, aku beneran ada jam kuliah hari
ini.
Tapi Cuma sampe jam 12 kok, kalo mau jam 12an ke
Sana. Gmn?
Beberapa saat pesan
singkat itu mendapat jawaban.
Dari:
Gela
Hmm..
beneran bisa ga? Yaudah aku tunggu ya sampe
Jam
setengah 2an, kalo ga dtg aku tinggal.
Hhh... Laifa hanya
dapat menghela napas jika sudah membaca isi pesan singkat Gela yang seperti
ini, membuatnya tambah malas. Membayangkan perjalanan yang begitu panjang
menuju SMA-nya langsung saja ia menghela napas, belum lagi ia harus menghemat
uang saku untuk perjalanan kesana yang membutuhkan dua kali lipat uang jajan
yang harusnya bisa ia tabung. Sangat menyusahkan-batin Laifa.
Laifa kembali melihat laptopnya, di layarnya masih
terpampang foto yang sedari tadi belum berubah. Ia telusuri memori-memori yang
ada di foto tersebut, kira-kira foto itu diambil ketika ia masih di jenjang SMA
tepatnya kelas dua saat itu sekolah nya mengadakan study tour ke Kota Jogja. Laifa bersama teman-teman sekelas nya pun
tak ketinggalan untuk mengabadikan momen terpenting saat menaiki candi
borobudur yang bersejarah. Sangat ingat
sekali di dalam foto itu kenangan ia dengan lelaki di sebelah yang ia sandari,
saat itu sama sekali belum terjadi apa-apa diantara mereka, senyum itu masih
sangat terlihat di wajah mereka, senyum yang sangat ia rindukan. Sebelum
akhirnya takdir Tuhan berkata beda.
Akhirnya Laifa memutuskan untuk meng-klik tombol keluar
yang ada di layar laptopnya. Sangat malas rasanya memaksa diri untuk mengingat
memori itu. Laifa mengalihkan perhatiannya pada tugas mata kuliah filsafat yang
belum ia selesaikan sejak tiga hari yang lalu, melihat buku ajar yang sama
sekali tak bergambar hanya teori-teori yang terkandung di dalam nya membuat ia
sangat malas untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya bisa ia selesaikan dalam
waktu sehari. Jemarinya memulai lagi pengetikan tugas yang belum ia selesaikan
itu, hingga akhirnya Laifa menengok jam dinding dikamar yang menunjukan pukul
sembilan pagi. Ia pun bersiap-siap untuk berangkat kuliah, setelah sibuk
memilih-milih kerudung mana yang cocok untuk ia kenakan hari ini akhirnya
pilihan nya jatuh pada kerudung ungu polos. Banyak yang tidak menyangka paras Laifa
yang sangat manglingi saat berkerudung memiliki sifat pemalas yang akut,
teman-temannya membayangkan ia adalah anak perempuan ayu yang sangat rapi,
teliti, dan polos. Saat Laifa mendengar itu, membayangkannya saja sudah
mengerikan menjadi dirinya yang seperti itu sangat ia harapkan sedari dulu,
namun tetap saja sifat pemalas Laifa tak kunjung sembuh.
Masih berkutat dengan kerudung yang ia model-model
seperti jaman sekarang, Laifa bisa di bilang seorang hijabers yang sudah handal
berbagai model telah kucoba dan hasil nya selalu membuat teman-teman hijabnya
merasa iri karena tidak bisa memodel yang sama dengan model kerudungnya. Setelah
selesai dengan kerudungnya, Laifa mengenakan softlens berwarna cokelat tua dan memoles bibirnya dengan lipgloss berwarna peach. Selesai, dengan
kerudung dan make up Laifa langsung menuju kampus yang tidak jauh dari kost-an nya
dengan berjalan kaki. Sesampainya di kampus, lobi yang biasanya sudah ramai
dipenuhi oleh mahasiswa lain sekarang masih terlihat sepi. Baru beberapa
mahasiswa yang datang, bahkan ia belum melihat teman-teman sekelasnya disana. Laifa
pun memutuskan untuk pergi ke kantin, membeli beberapa camilan untuk ia makan
saat dosen terdengar membosankan. Saat itu juga ada yang memanggil namanya,
seperti ia kenal suara itu ia pun mengalihkan pandangan ke sekitarnya dan ia dapati
disana sosok perempuan berekerudung yang memiliki tubuh agak gemuk, setelah ia
menegaskan pandangannya pada wajah perempuan itu ia pun mengenali dia adalah
Sheri teman sekelasnya waktu SMA.
“Laifaaaa... apa kabar?” ucap Sheri terdengar sedikit
memekik, ia pun memeluk Laifa dengan erat. “aaaa... sheri kabar ku baik, kau
bagaimana? Masih sama pacarmu yang lama?” tanya Laifa sambil balas memeluknya.
“allhamdulilah masih, kabar ku juga baik. Bagaimana apa sudah ada yang memikat
hatimu di kelas?” jawab Sheri sambil tertawa meledek. “ahh.. kau itu ada-ada
saja, belum ada masih berstatus sendiri.” Laifa dan Sheri pun tertawa bersama,
rasanya sifat mereka semasa SMA masih sangat familiar bahkan tidak berubah,
Selalu seperti ini. “mau kemana?” tanya Laifa. “mau menyusul reno ke kantin.”
Jawab Sheri. “kebetulan aku juga mau ke kantin, bareng saja.” Ucap Laifa sambil
menggandeng tangan Sheri. “ayoo... kau sudah lama tidak bertemu Reno kan? Kita
sekalian ngobrol-ngobrol saja disana.” Ucap Sheri sambil balas menggandeng
Laifa. Dan mereka pun berjalan menuju kantin sambil membahas tentang
perkuliahan mereka yang tetap saja masih sama seperti SMA, terasa sangat membosankan. Mereka juga
membahas kekonyolan pada saat SMA. Tak terasa Laifa dan Sheri telah sampai di
kantin, Sheri melambaikan tangan pada sosok lelaki yang sedang duduk disalah
satu kursi di kantin. Laifa membuntuti nya masuk dan ikut tersenyum saat
melihat Reno, namun Reno masih terlihat agak tidak mengenalinya.
“hei Ren, apa kabar?” tanya Laifa seraya mengulurkan
tangan. “ba..ik..” jawab Reno masih terdengar kaku dan berusaha mengingat siapa
wanita yang ada di hadapannya. Maklum lah hampir enam bulan tidak bertemu dan
perubahan paras Laifa yang sangat drastis membuat Reno tidak mengenali Laifa. “ini
aku Laifa, masa lupa?” ujar Laifa sambil terkekeh melihat tampang Reno yang
lucu. “astaga... Laifaaa... berubah sekali, sampai pangling aku melihatmu.” Ucap
Reno membalas jabatan tangan Laifa yang tadi dan menggoyang-goyang nya dengan
heboh. “segitu berubahnya kah sampai kau tidak mengenaliku?” tanya Laifa yang
agak sedikit memanyunkan bibir. “iya.. kau lebih cantik dan kurus sekarang.”
Jawab Reno. Laifa pun melirik Sheri yang sudah memasang tampang sangarnya saat
mendengar Reno berkata dirinya cantik. Tawa pun pecah saat mereka menyadari
sikap mereka semasa SMA masih saja terbawa. “kecuali sifat kamu yang
ceplas-ceplos itu masih belum berubah.” Ujar Sheri sambil tertawa. Mendadak
seluruh kantin melihat tingkah mereka bertiga dan langsung saja suara tawa mereka
pelankan. Melihat wajah Reno dan Sheri di hadapannya membuat Laifa semakin
terbayang saat-saat SMA.
Kuliah hari ini pun selesai, walaupun hanya satu mata
kuliah namun rasanya waktu lama sekali berlalu saat kegiatan perkuliahan
berlangsung, Laifa pun menghela napas setelah dosen keluar dari ruang
perkuliahan. Ia menyempatkan waktu untuk meregangkan tubuh yang terjebak dalam
kursi perkuliahan dan terasa sangaattt lelah. Satu persatu teman-teman Laifa
pun meninggalkan kelas, ia memutuskan untuk membereskan buku dan keluar kelas
sebelum ia menjadi orang terkahir yang keluar kelas. Laifa melirik jam sambil
berjalan dengan sangat gontai, seketika ia teringat akan janjinya pada Gela
untuk menemuinya di sekolah. Laifa meraih telepon genggam yang ada di kantung
celananya, terdapat satu pesan dan lagi-lagi dari gela. Akhirnya ia memutuskan
untuk menelpon Gela karena perjalanan menuju bogor pasti akan memakan waktu
yang sangat lama, belum lagi ia harus kembali ke kostan dan mengambil
barang-barang yang akan ia bawa ke Bogor karena ia memutuskan untuk pulang hari
ini karena besok libur.
“halo... gel, aku baru keluar kelas kira-kira sampai sana
jam 3. Kamu mau menunggu atau tidak jadi?” tanya Laifa dalam pembicaraannya di
telepon. “wah.. masih lama ya? Gimana ya?” Gela kembali bertanya pada Laifa.
“yee.. kan aku tanya kenapa malah balik nanya.” Ujar Laifa. “ya sudah deh besok
aja ya? Kamu bisa nggak?” tanya Gela. “bisa. Ya sudah, aku jadi tidak usah
buru-buru, dah.” Ucap Laifa seraya menutup pembiacaraan dan mematikan
panggilan. Laifa melanjutkan jalannya yang tadi sempat terhenti karena
menelepon temannya. Setidaknya hari ini aku lebih santai-ujarnya dalam hati
sambil tersenyum. Berjalan sendirian adalah hal yang menyenangkan bagi Laifa,
walaupun udara Jakarta berpolusi dan cenderung panas Laifa dapat menikmati
pemandangan Kota Jakarta sendiri dengan nyaman tanpa harus mendengar celotehan
orang. Sepanjang jalan menuju kostan nya terdapat tanaman mawar merah dan mawar
putih liar, Laifa sering sekali memetik setangkai atau bahkan 4 tangkai dari
pohon mawar liar itu. Bunga mawar adalah bunga yang sangat Laifa sukai terutama
mawar putih, menurutnya mawar putih itu lembut. Saat ini ia sudah berada di
depan tanaman mawar tersebut, sangat kebetulan bunga itu sedang mekar, Laifa
memutuskan untuk memetik 2 tangkai mawar putih. Hmm... betapa wanginya mawar
ini-ucapnya kepada diri sendiri.
Setelah Laifa sampai di kostannya ia pun langsung
mengepak baju-baju yang akan ia bawa ke Bogor. Alhasil setelah mengepak
semuanya Laifa membawa satu tas ransel dan satu tas jinjing. Perjalanan yang
cukup jauh menuju statsiun membuat nya memutar otak agar tas jinjing dapat ia
tinggal. Ia pun mengosongkan tas jinjingnya, mengeluarkan barang-barang yang
sekiranya tidak penting untuk di bawa, sedangkan sisa barang-barang yang
seharusnya ia bawa ia masukan ke dalam tas ranselnya.
Entah mengapa matahari siang hari ini terasa sangat terik
dan menyengat, membuat Laifa melindungi telapak tangannya yang terasa amat
panas. Ia kadang menggerutu oleh kegiatan rutin yang selalu ia lakukan jika
ingin pulang ke bogor, seperti saat sekarang perjalanan yang cukup panjang dari
terminal menuju statsiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar